AKHLAK TERHADAP TETANGGA DAN MASYARAKAT
Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang
yang yang secara fisik paling dekat jaraknya dengan tempat tinggal kita. Dalam
tatanan hidup bermasyarakat, tetangga merupakan lingkaran kedua setelah rumah
tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan masyarakat sangat diwarnai oleh
kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan, hubungan antar tetangga
sangat kuat hingga melahirkan norma sosial. Demikian juga pada lapisan
masyarakat menengah kebawah dari masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan
masih sekuat masyarakat pedesaan. Hanya pada lapisan menengah keatas, hubungan
pertetanggaan agak longgar karena pada umumnya mereka sangat individualistik.
Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup
besar dalam pembentukan norma-norma sosial hidup bertetangga. Adanya lembaga
salat berjamaah di masjid atau mushalla, baik harian lima waktu, mingguan
Jum''atan maupun tahunan Idul Fitri dan Idul Adha cukup efektip dalam membentuk
jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi sosial keagamaan, seperti
tahlilan, ratiban, akikah, syukuran, lebaran dan sebagainya sangat efektip
dalam mempertemukan antar tetangga.
Tentang betapa besarnya makna tetangga dalam
membangun komunitas tergambar pada hadis Nabi yang memberi petunjuk agar
sebelum memilih tempat tinggal hendaknya lebih dahulu mempertimbangkan siapa
yang akan menjadi tetangganya, al jaru qablad dar, bahwa faktor tetanga itu
harus didahulukan sebelum memilih tempat tinggal.
Selanjutnya
akhlak bertetangga diajarkan sebagai berikut:
(a) Melindungi
rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik seorang muslim adalah, orang
lain (tetangga) terbebas dari gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun
dari perbuatan fisik.
(b) Menempatkan
tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas pembagian zakat.
(c) Memberi
salam jika berjumpa.
(d) Menghadiri
undangannya.
(e) Menjenguk
tetanggga yang sakit.
(f) Melayat
atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.
(g) berempati
kepada tetangga
Adapun didalam alqur''an ayat yang mneyoroti akhlak
kepada tetangga, dan masyarakat adalah surat annisaa ayat 36 , Allah Berfirman
:
*
36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, ibnu sabil[295] dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,
[294] dekat
dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan
ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim.
[295] Ibnus
sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan
bekal. termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
Ayat diatas menyuruh kita untuk berbuatbaik kepada
tetangga dan masyarakat yang dekat maupun yang jauh.Ini berarti empati kita
terhadap tetangga harus diutamakan. biasanya ada tetangga yang ketika ditimpa
masalah ada yang mau berbagi/bercerita, ada yang tidak. Bagi yang tidak mau
bercerita tentang kesusahannya, kita harus peka sehingga kita dapat menolong
mereka. Salah satu cara agar kita peka terhadap kesushan tetangga adalah dengan
terus menyambungkan tali silaturrahim.
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 273,
yang menyatakan bahwa :
273. (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang
terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi;
orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya Karena memelihara diri dari
minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak
meminta kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.
dari ayat diatas menerangkan bahwa untuk berinfak
saja kita harus mendahulukan orang-orang yang fakir tapi terpelihara dari
meminta-minta. Ini menjelaskan bahwa berempati dengan tetangga adalah salah
satu akhlak bertetangga juga.
beberapa hadist nabi dibawah juga menyoroti
bagaimana kita harusnya berperilaku terhadap tetangga :
“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,
“Tidaklah akan masuk surga seseorang yang tetangganya tidak aman dari
bahayanya”. (HR. Muslim)
“Para sahabat menyebut kepada Rasulullah SAW seorang
wanita yang rajin shalat, tetapi dia suka menyakiti tetangganya. Rasulullah SAW
bersabda, “Ia di neraka”
Hak tetangga yang lain ialah memperhatikan
keberadaannya.
“Tidaklah beriman orang yang ia kenyang, sedangkan
tetangga di sebelahnya kelaparan dan ia tahu.”
Setelah itu disusul dengan berbuat ihsan, melakukan
hubungan dan kebajikan dengan tetangga.
Abu Dzarr ra. berkata: Bersabda Rasulullah saw.: Hai
Abu Dzarr, jika engkau memasak kuwah, maka perbanyaklah airnya, dan perhatikan
tetanggamu. (HR. Muslim)
Yaitu berikan kepada mereka selayaknya.
Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:
Hai wanita muslimat, jangan merasa rendah kalau akan memberi hadiah pada
tetangga, walau sekedar kikl (ujung kaki) kambing. (HR. Bukhari, Muslim)
Karena hadiah itu akan menimbulkan rasa kasih sayang
antara satu pada yang lain, maka jangan sampai terhalang memberikan hadiah itu,
karena belum dapat memberi hadiah yang besar dan berharga. Singkatnya segala
apa yang pantas untuk dirinya boleh dihadiahkan kepada tetangganya.
“Sebaik-baik teman di sisi Allah ialah yang terbaik
kepada temannya dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah ialah yang terbaik
kepada tetangganya” (HR. Attirmidzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar